Rabu, 31 Maret 2010

Simbol Tugas Pelayanan Gereja Dalam Tri Hari Suci


Tugas Gereja sebagai persketuan ada 3 yaitu: Tugas mewartakan, Tugas menguduskan, Tugas Melayani. Dalam Tugas melayani dapat dicontohkan pada saat Yesus membasuh kaki para murid, melayani orang yang membutuhkan pelayanan, menyembuhkan orang sakit, dsb. Begitu pula dalam Gereja modern sekarang; tugas pelayanan tersebut dapat dilambangkan dalam berbagai hal. Khususnya pada perayaan Tri Hari Suci yang sering kita rayakan. Dalam Tri Hari Suci terdapat 3 peristiwa yaitu Kamis putih, Jumat agung, Sabtu cahaya. Dalam ketiga hari tersebut terdapat simbol tugas pelayanan gereja yaitu pada kamis putih; simbol tersebut terdapat pada upacara pembasuhan kaki yang dilakukan setelah homili. Upacara pembasuhan kaki dilakukan untuk mengenang peristiwa yang sama yang dilakukan oleh Yesus kepada para muridnya, Yesus menunjukan perbuatan tersebut bukan hanya sekedar mencuci kaki biasa tetapi dalam peristiwa tersebut sangat nyata kerelaan Yesus (Gereja) untuk saling melayani. Dan bukan hanya pembasuhan kaki yg dapat menunjukan Gereja sebagai persekutuan yang melayani, tetapi masih banyak simbol yang lain yang diwariskan kepada Gereja universal sekarang.


-Samuel Yohanes laluyan-


Doa Bagi Persatuan Gereja

Ya Bapa, kami berdoa kepada-Mu mohon perlindungan Mu bagi gereja universal, agar selalu rukun, hidup damai dan boleh bersatu padu membangun iman dan kasih dalam Gereja. Dan semoga bila perselisihan datang; kami mohon berikanlah kami kepada kami Iman dan Kasih yang kuat agar dapat menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara kami. Kami juga berdoa untuk para pemimipin gereja kami khususnya Uskup kami Mgr......... Serta Paus kami Benediktus ke- 16 serat seluruh pelayan sabda -Mu; agar mereka dapat hidup rukun dan memimpin umatnya. Dan berkati pula para umat /awam agar mereka dapat mend
engar para pemimipin nya, dan bersatu padu ,hidup rukun dan sejahtera. Sebab Engkaulah Tuhan kami yang berkuasa bersama Bapa dalam Persekutuan Roh Kudus Allah sepanjang masa. Amin


Santo Yoseph...

Doakanlah kami....

Minggu, 28 Maret 2010

M.A. St. Mikhael, St. Gabriel & St. Rafael Para Malaikat Agung Allah






PERTEMPURAN BESAR DI SURGA
Suatu ketika, pada Permulaan Penciptaan, terjadilah suatu Pertempuran Besar di Surga. Beginilah kisahnya:

Tuhan menciptakan Surga dan Bumi dan semua malaikat dan para pemimpin malaikat yang disebut Malaikat Agung. Para Malaikat Agung adalah sahabat Tuhan. Mereka Bercahaya dan Gagah serta Perkasa. Termasuk di antara para malaikat agung adalah Gabriel, Rafael dan Mikhael. Selain mereka ada juga Lucifer. Lucifer sangatlah elok hingga para malaikat menyebutnya Putera Fajar.

Para malaikat berbahagia karena mereka bersama-sama dengan Allah dan mereka semua mengasihi-Nya. Kemudian, pada suatu hari Lucifer berkata kepada dirinya sendiri: “Mengapa harus Tuhan yang paling berkuasa di Surga? Mengapa bukan aku? Aku bisa terbang dan berubah wujud, aku elok serta gagah perkasa. Sesungguhnya aku ini sama pentingnya dengan Tuhan. Mulai sekarang aku tidak lagi akan melakukan perintah-Nya. Aku akan melawan-Nya dan Surga akan menjadi milikku!”

Maka, Lucifer pergi berkeliling Surga dan ia mengumpulkan banyak malaikat yang juga tidak suka dianggap kurang penting dibanding Tuhan hingga terbentuklah suatu pasukan yang besar. Pasukan para malaikat itu menuju Tahta Allah dan berkata dengan sombongnya: “Kami ini sama pentingnya dengan Engkau. Mengapa harus Engkau yang menjadi Raja atas Surga dan atas kami? Kami ini Gagah perkasa dan Elok dan penuh Kebanggaan diri. Kami akan bertempur melawan Engkau untuk merebut Kerajaan Surga.”

Tuhan memandang mereka, dan kemudian Ia berkata: “Lucifer, Aku menganggapmu sebagai seorang sahabat, dan Aku percaya kepadamu. Bertindaklah bijaksana, coba pikirkan apa yang hendak engkau lakukan ini.” “Aku sudah memikirkannya,” kata Lucifer, “dan lebih baik aku tidak tinggal di surga sama sekali daripada Engkau harus menjadi Rajaku, demikian juga pendapat para malaikat yang lain!” Dan di belakangnya seluruh para malaikat yang memberontak berseru dengan suara lantang: “Kami berpihak pada Lucifer! Hidup Lucifer! Biarlah ia yang memerintah atas kami di Surga! KAMI TIDAK MENGHENDAKI TUHAN!” “Baiklah,” kata Tuhan, “jika kalian tidak menghendaki Aku. Tetapi, jika kalian hendak menguasai Surga, kalian boleh mencobanya jika kalian mau.” Kemudian, Tuhan memanggil Malaikat Agung Mikhael dan memerintahkannya untuk membentuk Pasukan Balatentara Surgawi yang berada di pihak Tuhan.

Maka terjadilah Pertempuran Besar di Surga antara Mikhael dan para malaikatnya melawan Lucifer. Lucifer berperang, dan para malaikatnya juga berperang, tetapi mereka TIDAK DAPAT menang. Mikhael menghalau Lucifer dari Surga dan Lucifer jatuh ke bawah dan ke bawah dan ke bawah hingga ke neraka. Semua malaikat pengikutnya dihalau juga bersama dengan Lucifer. Pintu Surga kemudian ditutup. Sorak-sorai terdengar membahana dari pihak Balatentara Surgawi yang dipimpin oleh Mikhael: “Surga telah menang! Bersoraklah dan bergiranglah, hai seluruh malaikat Allah! Allah yang Maha Baik selalu menang!”

Jadi, sekarang kalian tahu mengapa kita mengatakan dalam doa kita, “Malaikat Agung St. Mikhael, lindungilah kami dalam peperangan,” karena ia adalah Panglima Perang Balatentara Surgawi.

Tetapi, apa yang kemudian terjadi pada Lucifer dan para malaikat yang memberontak? Lucifer amat marah dan berang atas kekalahannya dalam Pertempuran melawan Tuhan. Tidak akan pernah ia melupakannya. Lucifer tidak pernah lagi diperkenankan masuk ke dalam Surga untuk selama-lamanya. Jadi, karena Dendam yang mendalam, ia melakukan apa saja untuk membalas Tuhan.

Yang paling mengerikan dari Lucifer adalah rasa IRI-nya. Siapa yang menurutmu ia cemburui? Kita! Mengapa? Karena ketika Tuhan Yesus disalibkan, Ia membuka Kerajaan Surga bagi kita agar kita dapat masuk ke dalamnya! Jadi Lucifer, yang nama lainnya ialah Setan, atau Iblis, amat murka karena kita yang hanyalah Orang Biasa diperkenankan masuk ke dalam Surga, sedangkan ia, seorang malaikat Agung, tidak. Jadi, ia dan para malaikatnya (para iblis) selalu dan selalu berusaha untuk mencegah kita masuk ke dalam Surga. Para iblis merayu kita dengan pikiran-pikiran jahat, membujuk kita melakukan perbuatan-perbuatan dosa, semuanya untuk melukai hati Tuhan.

Jadi, kapan saja kalian berniat untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang jahat, ingatlah akan Pertempuran besar di Surga. Ingatlah bahwa Lucifer sedang berusaha menghasut kalian untuk berada di pihaknya. Jika kamu membatalkan niat jahatmu itu, kalian telah menang dan berada di pihak Tuhan.

M.A. ST. MIKHAEL

St. Mikhael adalah Panglima Perang Balatentara Surgawi. Namanya berarti "Siapa dapat menyamai Tuhan?" yaitu pertempuran dahsyat bala tentara surgawi melawan pemberontakan Lucifer, si raja iblis.

St. Mikhael beberapa kali ditampilkan dalam Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam Kitab Daniel bab 10 dikisahkan bagaimana Mikhael menenangkan hati Daniel setelah Daniel memperoleh suatu penglihatan. Mikhael berjanji untuk menjadi penolongnya dalam segala hal. Dalam Kitab Daniel bab 12, Mikhael disebut sebagai “pemimpin besar yang akan mendampingi anak-anak bangsa pilihan Tuhan.” Dalam Kitab Yudas ayat 9 diceriterakan bagaimana Mikhael bertengkar dengan iblis mengenai mayat Musa. Dalam Kitab Wahyu bab 12, Yohanes menggambarkan pertempuran besar di surga di mana Mikhael berhasil menghalau para malaikat yang memberontak dari surga. Oleh karena kemenangannya itu, Gereja Katolik mengangkatnya sebagai Pelindung Gereja. Malaikat Agung St. Mikhael biasa dilukiskan berpakaian baju baja, membawa tombak dan kakinya menginjak leher seekor naga.

Gereja memohon pertolongannya bagi orang-orang yang menghadapi ajal, perlindungan dalam peperangan, pengakuan dosa, dan menghantar jiwa-jiwa dari api penyucian menuju surga. St. Mikhael kelak akan menjadi pelindung orang-orang Kristen pada masa anti-Kristus.

Mari kita mohon pertolongan Malaikat Agung Santo Mikhael:

"Malaikat Agung St. Mikhael, belalah kami dalam peperangan. Jadilah pelindung kami dalam melawan segala kejahatan dan jebakan setan. Kami mohon dengan rendah hati agar Allah menaklukkannya, dan engkau, O panglima balatentara surgawi, dengan kuasa Ilahi, usirlah ke neraka setan dan semua roh jahat yang berkeliaran di seluruh dunia yang hendak menghancurkan jiwa-jiwa. Amin."


M.A. ST. GABRIEL
Gabriel berarti “Tuhan kemenanganku”. St. Gabriel dianggap sebagai utusan khusus untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada manusia. Namanya dicatat dalam Kitab Daniel 8:16; 9:21 sebagai utusan untuk menjelaskan penglihatan-penglihatan yang diperoleh Daniel. Dalam Injil Lukas, dikisahkan Gabriel menyampaikan berita kelahiran Yohanes Pembaptis kepada Zakharia serta menyampaikan kabar sukacita kelahiran Yesus, Tuhan dan Penyelamat kita, kepada Bunda Maria.

M.A. ST. RAFAEL

Rafael berarti “Tuhan menyembuhkan”. Namanya disebutkan dalam Kitab Tobit, di mana dikisahkan Rafael menyamar sebagai manusia untuk menemani seorang pemuda bernama Tobia dalam suatu tugas serta memberikan obat kepadanya guna menyembuhkan mata ayahnya yang buta.


Pesta Malaikat Agung St. Mikhael, St. Gabriel dan St. Rafael dirayakan oleh Gereja setiap tanggal 29 September. Dalam pesta para malaikat ini kita memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas demikian banyak cara yang dilakukan Tuhan untuk melindungi dan memelihara kita. Kita juga diingatkan akan kekayaan dan keanekaragaman karya ciptaan Tuhan yang melebihi batas pengetahuan kita.


Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Sabtu, 27 Maret 2010

Mengubah kepahitan hidup menjadi damai dan bahagia


Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu dia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar pak tua
"Pahit, pahit sekali", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga.
Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah."
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"
"Segar", sahut si pemuda.
"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua
"Tidak", sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki, tergantung dari luas tidaknya hati/perasaan kita.

Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan, maka LAPANGKANLAH DADAMU menerima semuanya itu, LUASKANLAH HATIMU untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu;
Perasaanmu adalah tempat itu;
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jangan jadikan hatimu seperti gelas;
Buatlah hatimu laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu;
Sehingga kepahitan itu menjadi tidak terasa dan tidak mempengaruhi kesegaran dan kedamaian hatimu".

Anak muda, belajarlah menerima kenyataan;
Berlatihlah menerima kenyataan;
Berlatihlah untuk ikhlas serta mensyukuri setiap kenyataan.
Karena itulah yang terbaik bagimu.
Dan latihan itu akan semakin memperluas daya tampung hatimu.

Kalau kamu mau dan berusaha melatihnya terus-menerus, maka hatimu akan benar-benar seluas telaga.
Dan kamu tidak pernah merasakah kepahitan lagi, apa pun keadaan dan masalahmu, hatimu akan tetap segar, damai, dan bahagia".

Dari Hari Budianto, Cibinong, Bogor.

URL untuk link ke notes ini :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=296261785065

Sumber : http://forum-warga.web.id/_g.php?_g=_lhti_forum&Bid=1149

Alangkah indahnya membiasakan diri berbuat nyata


Suatu hari, seorang pemuka agama dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh.
Karena sangat sibuk, pemuka agama itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut.

Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini :

Saya kelaparan ...
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya

Saya tergusur ...
dan Anda ke tempat ibadah untuk berdoa bagi kebebasan saya

Saya ingin bekerja ....
dan Anda sibuk mengharamkan pekerjaan yang Anda anggap tidak pantas, padahal halal dan saya membutuhkannya

Saya sakit ...
dan Anda berlutut bersyukur kepada Allah atas kesehatan Anda sendiri

Saya telanjang, tidak punya pakaian ...
dan Anda mempertanyakan dalam hati kesopanan penampilan saya,
bahkan Anda menasehati saya tentang aurat.

Saya kesepian ...
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...

Setelah membaca puisi itu ...
Pemuka agama tadi terharu dan berkata : "kasihan wanita itu" ... lalu sibuk berdoa kembali, dan wanita itu tetap tidak memperoleh tempat berteduh.

Sahabat, dalam memberi bantuan, kita sering lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis.
Namun, sedikit sekali tindakan nyata yang kita lakukan.
Berusahalah untuk membantu orang, mengasihi orang, bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan nyata.

Orang-orang bijak mengatakan :

Satu perbuatan nyata, sekecil apa pun, jauh lebih berarti dibandingkan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata sama dengan seribu kata-kata indah.
Satu perbuatan nyata akan mengundang beberapa perbuatan nyata lainnya.

Marilah setiap hari kita (kami dan Anda) membiasakan dengan minimal SATU perbuatan nyata (tentu saja perbuatan baik untuk membantu orang lain).
Ini akan MENGUNDANG perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Alangkah indahnya membiasakan diri berbuat nyata (berbuat baik).

Dari Wulan Puspitasari, Cibinong, Bogor.

URL untuk link ke notes ini :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=298736870065

Sumber : http://forum-warga.web.id/_g.php?_g=_lhti_forum&Bid=1155#b

Kesadaran untuk Men-SYUKUR-i Musibah


Cerita klasik sederhana yang luar biasa ini Karya ANDRIE WONGSO, ceirta ini telah menyadarkan banyak orang, termasuk saya.

Di sebuah kerajaan, sang raja memiliki kegemaran berburu.
Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.
Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam.

Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.

Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: "Baginda, apa pun yang terjadi patut disyukuri".

Mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar : "Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur...!"
Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.

Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehat barunya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.

Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehat barunya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa.

Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barunya yang dijadikan persembahan kepada para dewa.

Dengan susah payah, akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya di istana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.

"Penasehatku, aku berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . "
Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.

Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata:
"Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika saya tidak dipenjara, maka bukan penasehat yang baru itu yang akan jadi korban, melainkan saya yang bakal diajak baginda ikut berburu dan sayalah yang akan menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif. Sekali lagi terima kasih baginda telah memenjarakan saya, sehingga saya tetap selamat saat ini."

----------------

Cerita ini mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur.

Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan, fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.

Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilayah Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala misterinya.

Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya.
Tetapi jika marabahaya datang dan kita tidak mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya. Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan.

Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.

Maka saya sangat setuju dengan kata bijak yang mengatakan
KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR.

Andrie Wongso

dari Yuli Marisa, Cibinong

Sumber :
http://forum-warga.web.id/_g.php?_g=_lhti_forum&Bid=1192#b

3 November S. Martin de Porres


Martin dilahirkan di Lima, Peru pada tahun 1579. Ayahnya seorang bangsawan Spanyol. Ibunya seorang budak yang telah dibebaskan dari Panama. Ayah Martin pada mulanya menelantarkan Martin bersama ibu dan saudarinya di Peru. Mereka amat sangat miskin.


Martin tumbuh menjadi seorang pemuda yang baik serta saleh. Ia belajar usaha pangkas rambut. Ia juga belajar cara mengobati berbagai macam penyakit sesuai dengan pengobatan pada masa itu. Pada akhirnya, ayah Martin memutuskan untuk memperhatikan pendidikan puteranya. Tetapi, Martin telah bertekad untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan sebagai seorang Broeder Dominikan. Segera saja Broeder Martin membuktikan bahwa ia seorang religius yang luar biasa. Tidak seorang pun yang lebih lembut hati atau lebih taat atau lebih kudus daripadanya. Tidak lama kemudian, ia mulai mengadakan mukjizat juga! Ia menyembuhkan begitu banyak orang sakit hingga semua orang di kota Lima akan datang kepada Broeder Martin apabila ada sanak atau keluarga mereka yang sakit. Broeder Martin menyambut mereka semua, tidak peduli mereka berkulit hitam atau pun putih, semua sama baginya. Ia mengasihi semua orang sebagai saudara serta saudarinya dalam Kristus. Sejumlah besar uang dipercayakan kepada broeder yang baik hati serta penuh cinta kasih ini untuk karya amal kasihnya.


Bahkan hewan-hewan pun tidak luput dari perhatian serta cinta kasih santo yang lembut hati ini. Ia mengijinkan tikus-tikus berkeliaran dengan berkata, “Makhluk-makhluk kecil yang malang ini tidak punya cukup makanan.” Di rumah saudarinya, Martin menyediakan sebuah “rumah bagi para kucing serta anjing pengembara.”


Meskipun ia menjadi seorang yang amat terkenal di Lima, St. Martin selalu rendah hati dan menganggap dirinya tidak berarti. Malahan, nama yang diberikan kepada dirinya sendiri adalah “Broeder Sapu.” Martin wafat pada tanggal 3 November 1639. Jenazah orang kudus yang dikasihi ini dihantar ke tempat pemakaman oleh para uskup serta para bangsawan. Mereka semua ingin menyampaikan rasa hormat mereka kepada broeder yang rendah hati serta kudus ini. St. Martin dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1962.


Cinta kasih Martin disebarkan kepada siapa saja di sekelilingnya, tanpa kecuali, dan mencakup semua makhluk hidup. Bagaimanakah aku dapat mengubah hidupku dengan mengenali wajah Yesus dalam diri saudara serta saudariku?

“disarikan dan diterjemahkan dari berbagai sumber oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Michael Jackson 'Bangkit dari Kubur'


LOS ANGELES - Percaya atau tidak, Michael Jackson yang telah meninggal pada 25 Juni 2009, 'bangkit dari kubur' dan mendatangi mantan istrinya, Lisa Marie Presley.

Raja Pop itu 'bangkit dari kubur' dalam sebuah acara pemanggilan arwah yang digelar oleh Lisa dan mantan penata rias Michael, Karen Faye. Arwah Michael berhasil dipanggil dengan perantara cenayang.

Faye bercerita, roh pemilik album Thriller itu seakan-akan gelisah dan menyatakan penyesalan atas segala kesalahan semasa hidupnya.

"Dia tampaknya berada di sebuah misi untuk menjangkau orang-orang dalam hidupnya dan minta diampuni. Selama proses pemanggilan arwah, Michael menjelaskan kesalahannya dan ingin kita memaafkan dia. Dia tampak gelisah," kata Faye yang dinukil Aceshowbiz, Kamis (11/2/2010).

Sepanjang sesi bincang-bincang dengan arwah Michael itu, Michael terlihat sangat riang ketika mengobrol dengan Lisa.

"Michael berkata kepada Lisa, 'Kamu sangat baik kepadaku. Aku minta maaf telah banyak menyakitimu. Aku sangat menyesal. Seharusnya aku banyak mendengarkanmu'. Mendengar ucapan Michael itu, hati saya terpukul," lanjut Faye.

Cenayang yang menjadi perantara mendeskripsikan hubungan Michael dengan Lisa sangat dalam dan mereka saling memahami satu sama lain.

"Kelihatannya hubungan batin Michael dengan keluarganya sangat dinamis. Di situ juga terungkap tentang tingkat rasa sakit dan ketidakmampuan emosional Michael," imbuh Faye.

Lisa tak lain merupakan putri dari bintang legendaris Elvis Presley. Lisa dinikahi Michael pada 1994 dan bercerai 18 bulan kemudian. Pernikahan singkat itu tak membuahkan anak

Jumat, 26 Maret 2010

4 November S. Karolus Borromeus


Karolus hidup pada abad keenambelas. Ia adalah putera seorang bangsawan Italia yang kaya. Sama seperti para pemuda kaya lainnya, ia bersekolah di Universitas Pavia. Tetapi, tidak seperti kebanyakan dari mereka, ia tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang mengundang dosa. Karolus terkesan sebagai murid yang lamban karena ia tidak dapat berbicara dengan lancar, tetapi sungguh ia memperoleh kemajuan yang menggembirakan.


Usianya baru dua puluh tiga tahun ketika pamannya, Paus Pius IV, menyerahkan banyak tugas penting kepadanya. Karolus berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Namun demikian, ia senantiasa cemas kalau-kalau ia semakin jauh dari Tuhan karena banyaknya godaan di sekelilingnya. Oleh sebab itulah, ia berlatih menyangkal diri terhadap segala kesenangan dan senantiasa berusaha untuk rendah hati serta sabar. Sebagai seorang imam, dan kemudian Uskup Agung Milan, St. Karolus menjadi teladan bagi umatnya. Ia menyumbangkan sejumlah besar uang kepada kaum miskin. Ia sendiri hanya memiliki sehelai jubah lusuh berwarna hitam. Tetapi, di hadapan umum, ia berpakaian seperti layaknya seorang kardinal. Ia ambil bagian dalam upacara-upacara Gereja dengan penuh hormat dan wibawa.


Penduduk kota Milan mempunyai banyak kebiasaan buruk, mereka juga percaya takhayul. Dengan peraturan-peraturan yang bijakasana, dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, serta dengan teladan hidupnya sendiri yang mengagumkan, St. Karolus menjadikan keuskupannya teladan bagi pembaharuan gereja seluruhnya. Ia tidak pernah dapat berbicara dengan lancar - umat hampir-hampir tidak dapat mendengarkannya - namun demikian kata-kata yang diucapkannya menghasilkan perubahan.


Ketika suatu wabah ganas menyerang dan mengakibatkan banyak kematian di Milan, Kardinal Borromeus tidak memikirkan hal lain kecuali merawat umatnya. Ia berdoa dan bermatiraga. Ia membentuk kelompok-kelompok umat yang membantunya membagikan makanan bagi mereka yang kelaparan. Ia bahkan mendirikan altar di jalan-jalan agar orang-orang yang sakit itu dapat ikut ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi lewat jendela rumah mereka. Orang besar ini tidak pernah terlalu sibuk untuk menolong rakyat sederhana. Suatu ketika ia menghabiskan waktunya untuk menemani seorang bocah penggembala hingga bocah tersebut dapat berdoa Bapa Kami dan Salam Maria. Menjelang ajalnya, pada usia empatpuluh enam tahun, St. Karolus dengan tenang dan damai berkata, “Lihat, aku datang!” St. Karolus Borromeus wafat pada tanggal 3 November 1584 dan dinyatakan kudus oleh Paus Paulus V pada tahun 1610.


“Kita perlu berdoa sebelum, selama dan sesudah melakukan segala sesuatu. Nabi mengatakan: `Aku akan berdoa, dan kemudian aku akan mengerti.' Inilah cara agar kita dapat dengan mudah mengatasi begitu banyak kesulitan yang harus kita hadapi dari hari ke hari, yang memang, adalah bagian dari hidup kita. Dengan doa kita menemukan kekuatan untuk menghadirkan Kristus dalam diri kita dan sesama.”

“disarikan dan diterjemahkan dari berbagai sumber oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Beato Dionisius a Nativitate Martir Indonesia


Pierre Berthelot (Jr) dilahirkan di kota pelabuhan Honfleur, Calvados, Perancis, pada tanggal 12 Desember 1600. Ia adalah yang sulung dari sepuluh anak pasangan Pierre Berthelot (Sr) dan Fleurie Morin. Ayahnya seorang dokter dan kapten kapal.


Sejak usia duabelas tahun, Pierre telah mengikuti ayahnya mengarungi samudera luas. Pada tahun 1619, ketika usianya sembilanbelas tahun, Pierre yang telah menjadi seorang pelaut ulung ikut berlayar dalam suatu ekspedisi dagang Perancis ke India sebagai ahli navigasi. Malang, kapalnya diserang VOC Belanda dan ia dibawa sebagai tawanan ke Jawa. Setelah bebas, Pierre menetap di Malaka, di mana ia bekerja pada angkatan laut Portugis. Pierre seorang yang gagah berani dan jenius; karirnya begitu gemilang. Raja Portugis menyebutnya sebagai “ahli navigasi dan pembuat peta Asia” yang luar biasa. Peta-peta laut yang dibuatnya amat terkenal, antara lain peta pulau Sumatera yang hingga kini disimpan di Museum Inggris. Ekspedisi pelayaran kerap membawanya ke Goa, India, di mana ia berkenalan dengan Biara Karmel Tak Berkasut dengan kepala biaranya, P Philip dari Trinitas. Pada tahun 1634, ketika usianya tigapuluh empat tahun, Pierre meninggalkan karirnya untuk menggabungkan diri dalam Biara Karmel. Pada tanggal 25 Desember 1636, ia mengucapkan kaulnya dan menerima nama biara Dionisius a Nativitate. Dionisius mendapat karunia kontemplasi; pada lebih dari satu kesempatan, pada saat berdoa, ia tampak dilingkupi oleh semarak surgawi. Di Biara Karmel itulah, Dionisius bertemu dengan Redemptus a Cruce.


Thomas Rodriguez da Cunha, dilahirkan di Paredes, Portugal pada tahun 1598, putera dari pasangan petani yang miskin namun saleh. Ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Pada tahun 1615, Thomas meninggalkan karirnya untuk menggabungkan diri dalam Biara Karmel di Goa. Ia menjadi seorang broeder Karmel dengan nama Redemptus a Cruce, yang melayani sebagai portir [= penjaga pintu] dan sakristan. Redemptus adalah seorang yang amat menyenangkan, bersahabat dan periang. Ketika ditugaskan pergi dalam ekspedisi ke Sumatera, ia berkelakar dengan teman-teman sebiara agar mereka melukis dirinya, kalau-kalau ia nanti wafat sebagai martir.


Pada tahun 1638 Raja Muda Portugis di Goa, Peter da Silva, bermaksud mengirim utusan ke Aceh, yang baru saja berganti penguasa dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Ia bermaksud menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Raja Muda meminta Karmelit untuk mengijinkan Dionisius ikut dalam rombongan delegasi sebagai pembimbing rohani, sekaligus sebagai ahli maritim, pula seorang yang fasih berbicara bahasa Melayu. Komunitas Karmel harus taat pada keputusan pemerintah. Karenanya, studi Dionisius dipercepat agar ia dapat ditahbiskan sebagai imam. Dan akhirnya, pada tanggal 24 Agustus 1638, Dionisius ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Alfonso Mendez. Untuk perjalanan ke Aceh ini, P Dionisius minta ijin agar Broeder Redemptus diperkenankan ikut bersamanya sebagai rekan seperjalanan.


Pada tanggal 25 September 1638, Pater Dionisius dan Broeder Redemptus pun meninggalkan Goa bersama rombongan misi perdamaian dan perdagangan Portugis. Perjalanan yang lancar membawa mereka tiba dengan selamat di Aceh pada tanggal 25 Oktober 1638. Mereka berlabuh di Ole-Ole (sekarang bernama Kotaraja) dan disambut dengan ramah oleh penduduk setempat. Tetapi keramahan masyarakat Aceh ternyata hanya merupakan tipu-muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang untuk mengkatolikkan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam. Sekonyong-konyong kedua biarawan ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara hingga sebulan lamanya. Karena tetap menolak untuk mengingkari iman, kedua biarawan dijatuhi hukuman mati. Di pesisir pantai, P Dionisius, dengan salib di tangannya, dipaksa menyaksikan mereka menggorok leher Redemptus yang lebih dulu menjadi martir. Selanjutnya, algojo yang beringas dengan sekuat tenaga menghunuskan kelewang dan tombak ke arah Dionisius. Tetapi sungguh ajaib, seolah ada suatu kekuatan dahsyat yang menahan, sehingga para algojo tidak berani maju. Sadar akan hal itu, P Dionisus segera mengatupkan kedua tangannya berdoa memohon kepada Tuhan agar kerinduannya menjadi seorang martir dikabulkan. Dan permohonan orang kudus ini didengarkan Tuhan. Seorang algojo - seorang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras ke kepala P Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.


Kemartiran Dionisius dan Redemptus sungguh berkenan di mata Tuhan. Selama tujuh bulan, jenazah tidak hancur, melainkan tetap segar seolah sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah P Dionisius amat merepotkan masyarakat sekitar, karena setiap kali dibuang, entah ke dalam laut maupun ke tengah hutan, senantiasa kembali lagi ke tempat di mana ia dimartir. Akhirnya, jenazah dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien (`pulau buangan') dan di kemudian hari dipindahkan ke Goa, India. Para saksi iman itu wafat sebagai martir pada tanggal 29 Nopember 1638. Dionisius dan Redemptus dimaklumkan sebagai `beato' oleh Paus Leo XIII pada tanggal 10 Juni 1900. Pesta kedua biarawan Karmel ini dirayakan oleh segenap Karmelit pada tanggal 29 November. Di Indonesia, pesta B Dionisius dan B Redemptus dirayakan sebagai peringatan wajib setiap tanggal 1 Desember.





“disarikan dan diterjemahkan dari berbagai sumber oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

On My Facebook

kesel banget sih gw hari ini sama 2 adek kelas gw yg bisanya cuma jelek2 in orang doang.......Trus dy sok kayak Tuhab bgt sih!!!! Sukanya fitnah orang terus.....Pokoknya keras kepala banget deh........gw kesel banget..!!!!
Namanya Tasya Angelica dan Maya Manulang...itu adalah orang yg gw benci seumur hidup gw.......Kayaknya sebelum Gua belum berhubungan ama dy lewat fb hidup gw masih oke2 aja tapi semenjak dy ganngu gw di fb...Hidup gw makin buruk trus dy suka bgt fitnah2 gw........SIAl bgt sih Hri ini........
tapi maafin aja lah.......

17 November St. Elizabeth dari Hungaria


Elizabeth ialah puteri raja Hungaria. Ia dilahirkan pada tahun 1207. Elizabeth dinikahkan dengan Louis, penguasa Thuringia, ketika ia masih amat muda. (Kita merayakan pesta Beato Louis pada tanggal 11 September). Elizabeth seorang mempelai yang cantik, yang amat mengasihi suaminya yang tampan. Louis membalas kasih isterinya dengan segenap hatinya. Tuhan mengaruniakan kepada mereka tiga anak dan mereka hidup berbahagia selama enam tahun.


Kemudian, mulailah penderitaan St. Elizabeth. Louis wafat karena suatu wabah penyakit. Elizabeth demikian pilu hatinya hingga ia berseru: “Dunia sudah mati untukku, dunia beserta segala kesenangannya.” Sanak-saudara Louis tidak pernah menyukai Elizabeth karena ia biasa membagikan banyak makanan kepada kaum miskin. Semasa Louis masih hidup, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Tetapi sekarang, mereka dapat dan mereka melakukannya. Segera saja, puteri yang cantik serta lemah lembut ini beserta ketiga anaknya diusir dari kastil. Mereka menderita kelaparan serta kedinginan. Namun, Elizabeth tidaklah mengeluh akan penderitaannya yang berat itu. Malahan ia mengucap syukur kepada Tuhan dan berdoa dengan lebih tekun. Elizabeth menerima penderitaannya sama seperti ia menerima kabahagiaannya.


Sanak-saudara Elizabeth datang menolongnya. Ia beserta anak-anaknya mempunyai tempat tinggal kembali. Pamannya menghendaki agar Elizabeth menikah lagi, karena ia masih muda dan menarik. Tetapi orang kudus ini telah bertekad untuk mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. Ia ingin meneladani semangat kemiskinan St. Fransiskus. Elizabeth kemudian tinggal di sebuah desa miskin dan menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya dengan melayani mereka yang sakit serta miskin. Ia bahkan pergi memancing sebagai usaha untuk memperoleh tambahan uang bagi kaum miskin yang dikasihinya. St. Elizabeth baru berusia duapuluh empat tahun ketika ia wafat. Menjelang ajalnya, orang dapat mendengarnya bersenandung pelan di atas pembaringannya. Ia yakin betul bahwa Yesus akan membawanya kepada-Nya. Elizabeth wafat pada tahun 1231.


St. Elizabeth mempunyai cinta kasih yang amat besar bagi kaum miskin. Sebagai pengikut Kristus, kita pun dipanggil untuk tergerak oleh belas kasihan melihat penderitaan sesama.

“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

22 November S. Sesilia


Santa pelindung musik ini hidup pada masa awal Gereja. Sesilia adalah seorang gadis bangsawan Romawi yang telah mempersembahkan hatinya kepada Kristus. Dibawah gaun-gaunnya yang indah, seperti yang biasa dikenakan oleh para perempuan bangsawan, Sesilia mengenakan sehelai baju kasar yang membuatnya menderita. Sesilia ingin mempersembahkan silihnya itu kepada Yesus, Pengantin yang telah dipilihnya. Tetapi, ayah Sesilia menikahkannya dengan seorang pemuda bangsawan kafir. Dikisahkan bahwa pada saat perayaan pernikahan berlangsung, pengantin yang cantik itu duduk menyendiri. Di dalam hatinya, ia menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan serta berdoa memohon pertolongan-Nya. Ketika ia dan Valerianus, suaminya, tinggal sendiri, ia memberanikan diri berkata kepada suaminya: “Aku mempunyai suatu rahasia yang hendak kukatakan kepadamu. Ketahuilah bahwa aku mempunyai seorang malaikat Allah yang menjagaiku. Dan jika engkau memperkenankan aku memegang janjiku untuk menjadi pengantin Kristus saja, maka malaikatku akan mengasihimu seperti ia mengasihiku.”
Valerianius amat terperanjat, ia berkata dengan lembut, “Tunjukkanlah kepadaku malaikatmu. Jika ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.”
Kata Sesilia, “Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar serta menerima air pembaptisan, maka engkau akan melihat malaikatku.” Kemudian Valerian pergi menemui Uskup Urban yang menerimanya dengan gembira. Setelah menyatakan pengakuan iman Kristiani, Valerianus dibaptis dan pulang kembali kepada St. Sesilia. Di sana, disamping isterinya, pemuda itu melihat malaikat yang menakjubkan.


Tiburtius, saudara Valerianus, belajar iman Kristiani dari Sesilia. St. Sesilia mengisahkan Yesus dengan begitu indahnya hingga tak lama kemudian Tiburtius pun dibaptis juga. Bersama-sama, kedua pemuda itu melakukan banyak perbuatan amal kasih. Ketika mereka ditangkap oleh karena menjadi murid Krsitus, dengan berani mereka memilih mati daripada mengingkari iman mereka kepada Yesus. Dengan kasih sayang St. Sesilia menguburkan jenasah mereka, sebelum akhirnya ia sendiri ditangkap. Sesilia mempertobatkan para petugas yang berusaha membujuknya untuk mempersembahkan korban bakaran kepada berhala. Ketika Sesilia dibakar dalam kobaran api, api tidak menyakitinya. Akhirnya, seorang ditugaskan untuk memenggal kepala Sesilia. Ia menebaskan pedangnya tiga kali ke leher Sesilia, Sesilia rebah tetapi tidak langsung tewas. Ia tergeletak di lantai rumahnya sendiri tak mampu bergerak. Meskipun begitu, dengan mengacungkan tiga jari dengan tangannya yang satu dan satu jari di tangannya yang lain, ia masih menyatakan imannya kepada Allah Tritunggal Mahakudus.


Pada pesta santa pelindung musik ini, mari kita merenungkan kata-kata St. Agustinus: “Kata-kata tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang dinyanyikan dalam hati … Dan jika karena luapan kebahagian sehingga kata-kata tidak lagi dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan, manusia tidak lagi mengindahkan kata-kata yang terbatas itu. Mereka meledak dalam pekik sukacita yang sederhana, pekik kegirangan.”


“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

10 November S. Leo Agung


St. Leo, seorang Romawi, hidup pada abad kelima. Setelah wafatnya Paus Sixtus, ia diangkat menjadi paus. Masa-masa itu adalah masa-masa sulit bagi Gereja. Di mana-mana pasukan barbar menyerang umat Kristiani. Dalam Gereja sendiri, beberapa orang menyebarluaskan ajaran iman yang sesat pula. Tetapi, St. Leo adalah seorang paus yang amat mengagumkan. Ia sama sekali tidak takut akan apa pun atau siapa pun. Ia mengandalkan bantuan paus yang pertama, St. Petrus Rasul. St. Leo sering mohon bantuan doanya.


Untuk menghentikan pengajaran iman yang sesat, St. Leo menjelaskan ajaran iman yang benar melalui tulisan-tulisannya yang terkenal. Ia mengadakan Konsili untuk mengutuk ajaran-ajaran yang sesat. Mereka yang tidak mau berbalik dari ajaran mereka yang sesat dikucilkan dari Gereja. Tetapi, Paus Leo menerima kembali mereka yang menyesal dan ingin kembali ke pelukan Gereja. Ia mengajak umatnya untuk berdoa bagi mereka.


Ketika suatu pasukan barbar yang amat besar, yang disebut bangsa Hun, datang untuk menyerang kota Roma, semua penduduk Roma merasa takut dan ngeri. Mereka tahu bahwa bangsa Hun telah membakar habis banyak kota. Untuk menyelamatkan Roma, St. Leo pergi menemui pemimpin mereka yang garang, Attila. Satu-satunya senjata yang ada padanya hanyalah mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kedua pemimpin itu saling bertemu, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Attila, pemimpin kafir yang kejam itu, menunjukkan rasa hormat yang besar kepada paus. Ia mengikat perjanjian damai dengannya. Sesudah peristiwa itu, Attila mengatakan bahwa ia melihat dua sosok yang amat besar berdiri di samping paus pada saat ia berbicara. Umat yakin bahwa kedua sosok tersebut adalah kedua rasul besar, Petrus dan Paulus. Mereka diutus Tuhan untuk melindungi Paus Leo dan segenap umat Kristiani.


Oleh karena kerendahan hati dan belaskasihnya, Paus Leo dikasihi oleh semua orang. Ia menjadi paus selama duapuluh satu tahun. St. Leo wafat pada tanggal 10 November 461.


Bagaimana jika saya setiap hari hidup dalam kepercayaan penuh kepada Yesus, seperti yang dilakukan oleh St. Leo Agung?


“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

20 November S. Edmund


Edmund adalah seorang raja Inggris yang hidup pada abad kesembilan. Ia menjadi raja ketika usianya baru empatbelas tahun. Namun demikian, jabatan yang tinggi itu tidak menjadikannya congkak atau pun sombong. Sebaliknya, ia menjadikan Raja Daud -tokoh Perjanjian Lama- sebagai teladan hidupnya. Edmund berusaha untuk melayani Tuhan sebaik-baiknya seperti yang telah dilakukan Daud. Edmund bahkan menghafalkan mazmur-mazmur Daud di luar kepala. Mazmur adalah nyanyian puji-pujian indah kepada Tuhan yang ada dalam Kitab Suci.


Raja Edmund memerintah dengan bijaksana, dengan menunjukkan belas kasihan kepada segenap rakyatnya. Ketika pasukan barbar Denmark menyerang negerinya, ia berperang melawan mereka dengan gagah berani. Pasukan musuh jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pasukannya. Akhirnya, raja Inggris itu tertangkap. Pemimpin barbar bersedia menyelamatkan nyawanya jika ia setuju dengan beberapa syarat yang mereka ajukan. Tetapi, oleh karena persyaratan-persyaratan tersebut menentang negara dan agamanya, raja menolak. Raja dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak akan pernah menyelamatkan nyawanya dengan menghina Tuhan dan rakyatnya. Karena geram, pemimpin kafir itu menjatuhkan hukuman mati kepadanya. St. Edmund diikatkan ke sebatang pohon dan dicambuki dengan kejam. Raja yang kudus itu menerima siksaannya dengan sabar, sambil menyebutkan nama Yesus untuk memberinya kekuatan. Kemudian, para penyiksanya membidikkan panah-panah ke seluruh bagian tubuhnya. Para pemanah itu membidik dengan hati-hati agar tidak mengenai bagian tubuhnya yang vital, sehingga penderitaannya dapat diperpanjang. Pada akhirnya, St. Edmund dipenggal kepalanya. Raja Edmund meninggal pada tahun 870.


Devosi kepada St. Edmund sang martir menjadi demikian populer di Inggris. Banyak gereja didirikan untuk menghormatinya.


Marilah pada hari ini kita berdoa memohon keberanian untuk menjadi pengikut Kristus yang setia dalam segala hal yang kita lakukan.


“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”